Header AD

MEMAHAMI RAHASIA KESUKSESAN

Posted on December 5, 2009 by alrasikh


Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S al-Ra’du [13]: 11)

Rahasia kesuksesan selalu menjadi bahan incaran setiap orang yang masih belum menemui dan memahami kesuksesan hidup. Bahkan kita selalu mendengar begitu banyak dan maraknya iklan-iklan pelatihan training motivasi untuk meraih kesuksesan. Walau tak jarang, kadang dengan menawarkan biaya mahal hanya untuk sekedar mengikuti progam pelatihannya. Ujungnya hanya sebagai alat komersial belaka. Buku-buku motivasi kesuksesan pun kini sudah menjamur dan menghiasi di setiap toko-toko buku. Semuanya menawarkan “demonstrasi” kesuksesan dengan teknik dan cara yang beragam.

Tapi, cobalah jawab petanyaan saya, tahukah anda apa yang dimaksud dengan kesuksesan itu? Boleh jadi kemudian sebagian anda akan langsung menyebutkan, berbagai contoh kesuksesan. Bagi orang yang miskin, tentu saja kesuksesan adalah ketika ia menjadi kaya. Bagi orang yang sakit, kesuksesan adalah ketika ia menjadi sembuh. Bagi seorang pengusaha, kesuksesan adalah ketika ia memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya dan kemudian perusahaannya meraksasa. Bagi seorang politikus, kesuksesan adalah ketika dia menjadi seorang penguasa, demikian seterusnya.

Maka pertanyaan berikutnya adalah ketika seorang miskin sudah menjadi kaya, apakah dia sudah tidak memiliki harapan untuk meraih kesuksesan lagi? Sudah selesaikah hidupnya? Ketika seorang pengusaha sudah memperoleh keuntungan yang banyak dan perusahaanya meraksasa, apakah dia sudah tidak perlu memiliki harapan untuk meraih kesuksesan lagi? Seorang politikus yang sudah menjadi penguasa yang disegani, juga tidak perlu meraih kesuksesan lagi? Sudah sukseskah dia? Tentu jawabannya adalah belum. Kekayaan yang dianggap sebagai kesuksesan itukan hanya angan-angannya orang miskin atau orang-orang berharta banyak yang jiwanya masih miskin. Bagi orang yang sudah merasa kaya, memperoleh kekayaan bukanlah sebuah kesuksesan. Demikian juga kekuasaan yang sering dianggap kesuksesan itukan hanya angan-angan orang yang belum jadi penguasa atau penguasa yang hatinya masih rakyat jelata. Bagi mereka yang sudah mencapai dan memiliki kekuasaan, maka kekuasaan itu bukanlah sebuah kesuksesan. Hal-hal yang demikian bisa kita perluas dalam berbagai contoh kasus lainnya. Seseorang yang ingin memperoleh sesuatu dan kemudian berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, maka kita menyebutkan bahwa dia telah meraih kesuksesan. Padahal bagi yang bersangkutan hal demikian biasa-biasa saja. Dia dianggap sukses oleh orang yang melihatnya dari kejauhan -oleh orang yang tidak mengalaminya-. Hal demikian sama halnya ketika anda berada dibawah, anda akan takjub melihat keatas langit. Sesampai diatas ternyata biasa-biasa saja. Diatas langit, ternyata masih ada langit yang lebih tinggi lagi. Oleh sebab itu, di dalam al-Quran Allah mengingatkan kepada kita, bahwa hidup di dunia ini tak lain hanya bermain dan senda gurau belaka. “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari bermain dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S Al An’aam [6]: 32)

Ayat diatas sangat menarik jika saya analogikan, hidup ini adalah ibarat game alias permainan. Kehidupan adalah tempat arena untuk bermain. Untuk memenangkannya kita harus mengerti cara mainnya. Kita harus fahami “buku prosedurnya” agar pada akhirnya nanti kita selamat dan menjadi pemenang. Dan kita harus faham peran kita di dalam sebuah permainan, agar kita bisa bermain dengan sebaik-baiknya peran. Sayangnya, kita selalu dibumbui dengan segala sesuatu yang instan. Bahkan sukses pun inginnya dengan cara instan. Sampai seorang kawan melakukan ritual puasa agar dia lulus ujian sekolahnya. Ada juga yang bersedekah tapi kok malah diniatkan untuk memperkaya diri, berharap kembali dengan jumlah yang lebih banyak dan berlipat ganda. Tentu saja, ini malah justru menyalahi aturan main yang ada. Kalau ingin pandai ya belajar, kalau ingin kaya ya usaha. Konsep niat beribadah harus murni tertuju pada-Nya. Bukan kepada yang lain-lain atau malah kepada hal-hal yang remeh-temeh. Dengan demikian, yang berhasil memenangkan permainan dunia adalah mereka yang benar-benar memahami cara bermainnya. Namun mereka yang menghalalkan segala cara untuk meraih yang diinginkannya. Maka, sebenarnya yang diperoleh bukanlah sebuah kesuksesan, yang terjadi adalah ketidakseimbangan alam yang berujung pada kehancuran, bencana dan saling membinasakan satu sama lain alias game over.

Manusia adalah bagian dari game itu sendiri. Permainan dunia ini digelar dari seluruh penjuru alam raya. Barangsiapa lengah, ia akan terus tertinggal. Mereka yang bermalas-malasan bakal terlindas dan kalah. Hukum sunnatullâh di alam semesta tak pernah berubah, meski zaman terus mengalami perubahannya. Hukum sunnatullâh adalah hukum yang bekerja di alam semesta ini. Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret mengungkapkan proses hukum tarik-menarik yang ia namakan Law Of Attraction (LOA). Artinya, barangsiapa yang berfikir positif terhadap peristiwa yang sedang dialaminya, maka ia akan menarik hal positif yang lebih besar lagi. Inilah yang sering dinamakan kekuatan pikiran, kita akan menarik apa saja yang kita pikirkan. Namun tentu saja kita jangan menelan mentah-mentah teori tersebut yang hanya mengandalkan kekuatan pikiran dan terkadang meninggalkan proses usaha. Bahwa ada banyak hukum gaya yang bekerja di alam semesta ini, bukan hanya hukum tarik menarik seperti yang dipaparkan Rhonda Byrne dalam bukunya, tapi juga hukum tolak-menolak, hukum sebab-akibat, hukum resonansi dan lain sebagainya yang sebelumnya telah dirumuskan oleh seorang pakar fisika prof. Abdussalam sebagai sebuah hukum Tunggal, Unification Force. Rumusan tentang gaya tunggal ini kemudian dilanjutkan oleh ilmuan fisika modern Stephen Hawking dalam bukunya yang terkenal, “The Theory Of Everything”, teori segala sesuatu. Tidak seperti dalam buku The Secret yang hanya menguraikan hukum tarik menarik saja, melainkan hukum yang bekerja di alam semesta adalah serangkaian jutaan variable dari sebab akibat yang terjadi. Itulah yang dinamakan di dalam al-Quran sebagai sunnatullâh. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Sebagai suatu sunnatullâh yang telah berlaku sejak dahulu, dan kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullâh itu”. (Q.S al-Fath [48]: 23)

Mereka yang sukses adalah mereka yang mengikuti hukum sunnatullâh tersebut. Mereka itulah yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang telah digelar dalam kehidupan ini. Di dalam al-Quran metode menarik kesuksesan ini adalah dengan cara besyukur. Nikmat hidup hanya dapat dirasakan oleh mereka yang bersyukur. Mereka yang bersyukur telah menarik hal-hal positif yang lebih besar, sebenarnya inilah yang jauh sebelumnya telah diinformasikan oleh Allah di dalam al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Q.S Ibrahim [14]: 7)

Contoh sederhana adalah seperti pada sebuah alat musik. Jika ada dua gitar yang sudah disetem sama, kemudian didekatkan, maka jika salah satu dibunyikan, gitar yang lain ikut berbunyi pelan dengan nada yang sama. Sebenarnya dalam ilmu fisika ini bukan dinamakan hukum tarik-menarik, melainkan hukum resonansi. Bahwa sumber gelombang yang sedang bergetar akan menggetarkan sumber gelombang yang lain asalkan frekuensinya sama. Karena itu, orang yang bergetar hatinya untuk mensyukuri kesehatannya dengan menjaga pola hidup agar tetap sehat, maka seluruh faktor yang terkait dengan kesehatannya juga akan ikut bergetar. Begitu pula kalau anda bersyukur atas rezeki yang diperoleh, maka seluruh faktor yang membuat anda memperoleh rezeki akan bergetar, dan kemudian memperoleh rezeki yang semakin besar. Tentu saja, bersyukur itu berbeda dengan mengucap syukur. Syukur erat kaitannya dengan “rasa” dan “perbuatan”. Apa yang kita pikirkan belum tentu apa yang kita rasakan. Maka dari itu, pembahasan mengenai kesuksesan parameternya bukanlah positif thinking (berpikir positif), melainkan positif feeling (perasaan positif). Dengan kata lain, orang yang baru berpikir untuk bersyukur sebenarnya dia belum bersyukur. Tapi baru berpikir. Orang yang sekedar mengucapkan terima kasih, belum tentu hatinya berterima kasih. Syukur terkait erat dengan “rasa terima kasih”. Feeling adalah peleburan emosional dari apa yang dipikirkan, diucapkan dan diperbuat. Perasaan adalah pemancar sekaligus radar yang sangat sensitif terhadap sinyal-sinyal frekuensi yang bakal terjadi. Jika anda merasa nyaman terhadap suatu proses yang sedang terjadi, maka hasil akhir proses itu pasti menyenangkan. Sebaliknya, kalau anda merasa tidak nyaman dengan proses itu, maka hasil akhirnya pun mengecewakan.

Hidup adalah sebuah proses berjuang, semenjak kita terlahir dari rahim sang ibu hingga tumbuh menjadi dewasa, pada akhirnya kita kembali kepada Sang Pencipta. Masa depan kita adalah apa yang kita wiridkan sekarang. Kalau wiridan kita dari bangun tidur sampai tidur kembali selalu merasa kekurangan, maka masa depan kita benar-benar akan kekurangan. Sebaliknya kalau wiridan kita selalu merasa berkelimpahan, masa depan kita pun akan berkelimpahan. Wirid adalah kesatuan pikiran, perasaan, ucapan dan perbuatan yang kita ulang-ulang terus setiap waktu. Sementara orang yang hidupnya penuh rasa syukur, yang dihitung-hitung dalam ingatannya bukanlah apa lagi yang harus diperolehnya hari ini. Melainkan apa yang sudah diterima hari ini dan kemudian mensyukurinya dengan melimpahkan kepada yang membutuhkan, seberapapun ia mampu melakukannya.

Akhirnya, kesuksesan yang sebenarnya bukanlah terkait oleh nilai materi yang selalu menjadi tolok ukurnya. Melainkan adalah seberapa besar manfaat yang telah ia sumbangkan kepada peradaban manusia dan alam semesta. Rasulullah saw pernah bersabda “Bahwa sebaik-baiknya manusia adalah dia yang banyak memberikan manfaat bagi yang lain” (H.R Bukhari). Bukankah setiap lima kali sehari kita selalu dipanggil untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini, sebagaimana lafazh azdan yang selalu dikumandangkan disetiap masjid dan surau, hayya ‘ala al-falâh. “Marilah kita menuju pada kemenangan”.

Wahai saudaraku, marilah kita gunakan sisa kesempatan dalam hidup ini untuk terus berkarya dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya, hingga pada saatnya nanti kita mencapai kemenangan sejati, untuk kembali kepada-Nya dalam sebuah akhir pungkasan terbaik, meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Sebagai akhir tulisan ini, saya kutip sebuah ayat untuk kita renungkan bersama, “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S al-Baqarah [2]: 201-202). Wallahu a’lam bi ash-Shawâb. []

Hari Nugroho

Mahasiswa Arsitektur, FTSP

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Email: harrynugroho88@yahoo.com

Posted in: lembar jumat
sumber : http://alrasikh.wordpress.com/2009/12/05/memahami-rahasia-kesuksesan/
MEMAHAMI RAHASIA KESUKSESAN MEMAHAMI RAHASIA KESUKSESAN Reviewed by Arga Nur Pratama on 09.51 Rating: 5

Tidak ada komentar

Post AD